Advertisement

Manusia Aneh


Sudah lama yaa lama sekali mungkin. Buktinya, debu-debu ini sudah tebal. Berkumpul menyelimuti lembaran yang kau sebut pedoman hidup. Sudah lama yaa lama sekali mungkin. Tapi kau lebih suka memendam rindu. Memukul mundur keinginan bertemu.

Malu, malu bertemu.. Kotor, begitu katamu.. Lantas tak berani sedikit pun mendekati lembaran suci. Sudah lama yaa lama sekali mungkin. Jemarimu tak luntur bergerak naik turun. Jemari yang bergerak bersamaan dengan gerak bibirmu.

Mengingat, berdzikir.. Sudah lama yaa lama sekali mungkin. Tanganmu tak dibuka, diangkat sejajar bahu. Menangis, mengadu, mengaduh, berteduh.Sudah lama sekali yaa, lama..

Manusia memang aneh. Tak ingin jauh, tapi enggn mendekat. Tak ingin murka, tapi takut merindu surga. Manusia memang aneh. Seringkali sudah tahu mana benar mana salah, tapi suka sekali menjadi salah.Yang benar suka jadi sorotan.

Terasing katanya. Manusia memang aneh. Harusnya punya malu. Bukan malu merindu bertemu. Tapi malu bila tak merindu. Rindu itu bukannya bagian dari cinta ?. Cinta itu bukannya terhubung dengan rela?. Bila sudah rela, bila sudah cinta, sudah tentu DIA merindukanmu kan?.

Maka, rinduilah malu. Yang dengannya kau jaga darimu dari apa yang tak dimau. Maka, rinduilah malu.

Yang dengannya kau takut dibenci bila tak tahu malu. Maka, rinduilah malu. Yang dengannya kau tidak berkesempatan menjadi manusia aneh itu. Sebagaimana kita hidup didunia. Semuanya ingin jadi yang terdepan.

Mereka sangat peduli persaingan. Membuatnya hilang akhlak baik. Seorang hamba berusaha ikut pengaduan. Dengan rendah hati sopannya ia melangkah. Desiran ombak lautpun salut akan sikapnya. Seorang hamba yang bersinar dalam kegelapan.

Berlian akan tetap berlian meskipun telah dipotong. Sama seperti ia yang tetap berkilau meski dalam gelap. Sanubarinya selembut kapas dalam jemari. Baginya ia adalah pecahan berlian itu. Yang tetap berkilau diantara ribuan insan. Yang berakhlak baik diantara orang baik. Berhati mulia kala menghadapi manusia. Berjalan diatas tanah dengan kerendahan.

Posting Komentar

0 Komentar